Jan 24, 2011

Yummieeee

Liburan kali ini saya banyak menghabiskan waktu di rumah mengikuti perjalanan salah satu acara favorit saya, Masterchef USA.
Oooohh saya suka sekali makan!





Mereka adalah juri yang sangat kritis dan sarkas, khususnya Ramsay dan Joe B. Jika saya tidak salah di episode ke 8 atau 9, Joe tidak mau mencicipi salah makanan dari salah satu peserta dan justru membuangnya ke tempat sampah. Waw! saya terkaget-kaget.
Menurut pendapat saya pribadi, acara ini membantu saya melatih mental memasuki semester selanjutnya di program maagister yang saya jalani. Hehe.

Uoooh saya suka sekali makan (dua kali saya ucapkan, hehe). Ribs, burger, pancake, cupcake, soto, grilled chicken, salmon salad, aburi mentai roll, cawan mushi, pork belly, wuaw! Enak! Melihat makanan tersebut tertata indah, semakin membangkitkan gelora saya untuk mencicipinya. Saya tampaknya tidak berbakat memasak, bakat terpendam saya adalah memakannya. Haha.












Bagaimana dengan Junior Masterchef AUSIE?
Ah itu lagi!!! Super sukaaa!!

Bayangkan anak berusia 8-12 tahun bisa memasak steak dengan mashed potato, ricotta gnochi, tiramisu, falsomagro, Herb Crusted Lamb Cutlets, dll. Yummie.
Dari segi feedback juri terhadap karya para pesertanya, saya lebih menyukai masterchef USA. Juri mengkritisi secara terbuka bahkan terkadang "tembus menusuk". Ya, mereka lebih terus terang dibandingkan juri junior masterchef yang lebih memperhatikan perasaan anak-anak. Lantas tidak berarti acara versi junior tidak berarti dan hanya merupakan "bayang-bayang" masterchef versi dewasa.

Setiap menonton, saya menunggu-nunggu suatu pemandangan kesukaan di junior masterchef, family. Perhatikan, momen dimana si ibu atau ayah yang terharu menangis ketika nama anaknya dipanggil lolos masuk ke top 12. Ada pula momen orang tua yang siap membentangkan tangan dan memeluk anaknya ketika dinyatakan lolos (begitupula sebaliknya). Ayah Cassidy, dia selalu menangis, berteriak "Yeaaah C'mon!", bertepuk tangan penuh semangat setiap cassie dipuji juri.
Hal tersebut sesuai sekali dengan kutipan dari Rachel bahwa sebagai orang tua, kita tidak bisa mengasumsikan bahwa anak tahu orang tua sayang kepada mereka, kita harus menunjukkannya, mengungkapkannya..




Saya dan pacar bahkan menonton junior masterchef di rumah kami masing-masing sambil ber-bbm. Saya bilang jagoan saya adalah Nick L karena dia kecil, pendek, ompong dan lucu sekali. Selain itu saya juga menjagokan Anthony. Saya katakan ke Aron bahwa Pierre cocok jadi anaknya, mereka mirip sekilas. Haha Aron tidak terima dan dia membalas bahwa saya sangat mirip dengan Te Ani. Hahaha, dia pandai mengejek saya. Mereka semua imut-imut, masih sangat muda dengan bakat memasak luar biasa.

Jan 13, 2011

Thought About Getting Married

Prince William and Kate Middleton : engaged and they're getting married!

Bagi kalian yang seusia dengan saya (angkatan '87), wedding invitation akan banyak menghampiri. Bahkan akhir tahun lalu kakak saya menikah. Yang saya rasakan saat ini, melihat orang-orang yang saya kenal membangun suatu keluarga kecil baru jelas berbeda ketika saya yang masih SD menemani ibu datang ke pernikahan saudara. Ini bukan panggilan alam, "habis ini harus giliran gue" atau "pokoknya sebelum umur segini gue uda harus nikah ni" (btw, kalimat ke-2 agak nyenggol si, haha). Saya luruskan. Kalimat terakhir memang ada benarnya, saya tidak mau menikah di umur 50 tahun. Tentunya saya ingin berkesempatan mengandung dan melahirkan serta membesarkan anak saya kelak. Selama menikah di usia yang tergolong produktif, saya stabil kok, hehe.

Kembali ke topik awal, pengalaman tersebut tidak mendorong untuk segera menikah. Saya perempuan batak, kakak saya baru saja menikah, memang beberapa saudara mendukung saya untuk segera naik pelaminan. Hanya saja itu bukanlah "panggilan" bagi saya. Saya memaknainya bahwa fase hidup saya mulai bergeser, ada yang harus saya persiapkan, ada nilai-nilai yang mulai menjadi pertimbangan bagi saya.

Saya berfikir jika suatu hari saya menikah, bagaimana kami membagi waktu di keluarga suami dan sebaliknya. Berapa jumlah anak yang kami inginkan - apakah sesuai dengan perekonomian yang kami miliki. Bagaimana kerjasama kami dalam mendidik anak, oh dan masih banyak lagi.
Hal inilah yang menjadi pertimbangan bagi saya.

Merancang pesta pernikahan? Sangat siap. Saya siap untuk membuat rencana prewed, designer kebaya, souvenir, tema pernikahan, dan la la la. Akan tetapi, untuk menjalani suatu keluarga? Saya belum siap... Modal saya belum cukup meyakinkan diri saya sendiri. Lihat diri saya sendiri, saya tahu bahwa ini belum saatnya. Banyak yang harus saya latih dan persiapkan, mental khususnya. Sebelumnya saya telah memutuskan (sekarang sedang menjalani) mengambil s2. Saya yakin ini keputusan tepat dan bisa menjadi sumber jawaban atas pertimbangan-pertimbangan di atas. Bekerja adalah proses pembentukan selanjutnya untuk mengarah ke "sana".

Jika saat bagi saya datang, mari kembali ke awal dari tulisan ini, saya akan berpose seperti prince W dan K di atas dong, hehe.

"Love is an ideal thing, marriage is a real thing"
Goethe






Jan 11, 2011

High But Not Too High

Saya sengsara dibuat menunggu hasil nilai ujian, dimana tiga minggu sebelumnya saya menjalani masa Ujian Akhir Semester (UAS), super cek-recheck take home test, persiapan paper dan segala bahan materi pelajaran.
Hasilnya? Saya senang! Dan mendeskripsikannya dengan High but Not Too High. Membuat bobot untuk strategi peningkatan dan strategi pertahanan menjadi seimbang. Awal yang baik sekali untuk sebuah permulaan.
Perasaan ini senang, karena IP yang saya raih memenuhi persyaratan dari universitas, saya meraihnya dengan usaha sendiri (khususnya untuk ujian materi perkuliahan yang diujikan secara individual). Selain itu perasaan senang saya bertambah karena beberapa nilai muncul jauh di atas harapan saya. Ternyata usaha saya memang tidak sia-sia. Rasanya melegakan ketika semua angka bermunculan! Nilai tersebut tidak muncul serempak, saya (dan teman-teman yang lain) hanya bisa melihat satu nilai dalam satu hari, terkadang dengan rentang dua hingga tiga hari tiap nilai. Hal ini cukup menyiksa, hehe.
Meskipun pada dasarnya kita sendiri yang menentukan keberhasilan dan pencapaian bagi diri kita sendiri, akan tetapi dalam hal ini peran teman sangat berarti. Saya sangat terbantu dengan teman-teman sekelas yang berinisiatif mengadakan kelas tambahan tersendiri untuk membahas materi-materi yang sulit, seperti metode penelitian kuantitatif dan statistik. Diskusi sangat sangat sangaaattttt membantuu. Jika kita mengandalkan individualitas semata, saya tidak yakin apa makna keberhasilan. Thanks, mate.
Selain teman-teman di universitas, dukungan keluarga dan Aron juga sangat berarti. Saya tidak mau mengecewakan mereka dan berusaha terus bahwa saya bisa dipercaya, sehingga mereka bangga terhadap saya.



Edo, ketua kelas.


Tiker, aslinya kalem tapi didepan kamera dia Supermodel! Hanum, sangat baik dan suka berbagi info belajarrr


Kelompok Statistik (vivi, decha & nia)


Hillary Clinton, Hillary Swank, Hillary Duff, Hillary Bush, Hillary Obama (Witta, Nana, Tiker, Iin, Retha, Dhea) You guys must be famous someday! ;)


Kak Dewiii, lucuuu


Nana - Tiker








Jan 2, 2011

Forgive Meeee




Setelah bertahun-tahun lama saya tinggalkan dan lupakan (saya lupa password sendiri hehe). Set polyvore di atas merupakan set pertama di tahun 2011. Saya kesulitan membuat ciri khas set sebelumnya yang lebih kompleks. Liburan selama satu bulan akan membuat saya fasih kembali :p





Siblings Gallery






Seperti sebelumnya, saya selalu menyukai Lindsay (tanpa kasus kontroversialnya).

I Wanna Be Like You Someday

Saat kalian sedang merasa "kecil" sekali, pernah tidak kalian berharap "I wish I were..."? Tidak terlalu lama dari hari ini, saya pernah terfikirkan hal demikian. Berharap saya adalah si super kuat dan pemberani. Saya berharap tangkas dan sangat fokus seperti seseorang lain. Saya berharap saya adalah orang lain.

Masih dengan harapan tersebut, beberapa hari selanjutnya saya bertemu dengan seseorang. Saya tidak tahu dan (tentu) sama sekali tidak menduga bahwa ia akan berkata, "Fan, i wanna be like you someday.." Shocked tentunya. Bisa dipastikan mimik saya cukup aneh. Saat itu saya berusaha merespon, tapi jujur saya kebingungan. Kaget lebih tepatnya. Dan saya membalas, "About what?" Kacau respon saya, ini benar-benar kacau karena seseorang tersebut tampaknya tidak menyangka bahwa saya menjawab pernyataannya dengan dua kata yang tidak jelas korelasinya.
Yang ingin diutarakan berbeda dengan yang difikirkan. Maksud hati ingin bertanya, "Kenapa bisa kok mau jadi seperti saya?" tapi tanpa daya mulut saya korslet.

Kami tidak melakukan komunikasi mendalam, sebenarnya. Tetapi dampak dari pernyataan seseorang tersebut cukup menampar saya. Meragukan diri sendiri, berangan-angan menjadi sosok super, uber, maha. Sedangkan orang lain menyatakan ingin menjadi seperti saya. Sungguh, bukan berarti yang ingin menjadi seperti saya adalah orang dengan wishful thinking. Bukan itu poinnya. Tetapi kenyataan bahwa sekeliling melihat saya dalam kandungan yang positif di saat saya sibuk membayangkan sosok yang bukan ciri dari diri saya sendiri. Ditambah lagi seseorang tersebut sangat energik dan optimis tinggi.

"Diingatkan" pada saat itu sangat berarti sekali. Terima kasih :)

Jan 1, 2011

Snapshot from sis wed


Hey Kitty Kitty Kitty...!




Saya baru menyadari bahwa saya sangat menyukai anjing plus tidak bermasalah dengan kucing, kecuali beberapa kucing di kantin kampus yang gemar sekali naik ke meja makan dan terang-terangan mengincar makanan saya. Mungkin berbeda dengan kalian, selama ini saya mempersepsikan bahwa orang yang menyukai kucing umumnya tidak menyukai anjing atau mungkin biasa saja dan sebaliknya.




Jumlah kucing bebas di kampus saya bersaing dengan jumlah mahasiswanya :), ya banyak sekali. Mereka bebas berkeliaran. Mereka (kucing-kucing) yang hotspotnya di kantin adalah kucing tanpa rasa simpati dari saya. Saya tahu mereka kelaparan tapi dengan bercatwalk di depan meja makan mengendus-endus makanan yang hendak saya makan adalah kesalahan besar, cing (kucing, red).

Tetapi, mereka yang hotspotnya di dalam gedung kampus adalah favorit saya. Beberapa minggu yang lalu salah satu kucing melahirkan, muncullah kitty-kitty baru. Saya lewat gedung itu sekali si induk sedang menyusui. Saya lewat dua kali, si induk sedang mengiringi anaknya berjalan. Saya lewat tiga kali, mereka sedang main-main bersama ibunya. Seperti strolling di mall. Lama-lama saya tidak tahaaaan! haha. Saya tanya Rangga, "Apa-apa ga kalo gw ajak main anaknya di depan induknya?" lalu, "Gak apa-apa kok, induk kucing tu biasanya tau siapa yang niatnya jahat atau baik" Huaaaa.. langsung saya gendong si kucing kecil itu dan induknya membiarkan kami. Beberapa hari kemudian saat saya menunggu bimbingan induknya sudah akrab dengan saya. Si induk dan anaknya saya elus-elus. Saya jadi ingat baby, anjing manja saya di rumah..

Ternyata persepsi saya salah, saya cukup menyukai dan nyaman dengan kucing. Anjiing memiliki signature yang friendly, sedangkan kucing memiliki signature yang elegan (angkuh si sebenarnya hehe), tapi begitu mulai dikenal, mereka menjadi sangat lekat dan manis sekali.

Meskipun demikian saya tidak akan mengakrabkan baby dan seekor kucing. Cukup satu jenis hewan yang saya rawat. Oleh karena itu, saya mengapresiasi kucing dengan simbol Hello Kitty. Miauw!









Salah satu sopping center menjualnya. Tapi harganya mahal :(